Laman

Jumat, 09 September 2011

Membaca Pemahaman


Setelah diuraikan beberapa pandangan tentang keterampilan membaca, berikut dijelaskan pengertian tentang pemahaman. Hal ini penting, mengingat esensi membaca pada hakikatnya adalah pemahaman terhadap isi bacaan.
Kegiatan membaca, khususnya membaca pemahaman sangat penting bagi setiap siswa dan tidak dapat ditawar-tawar lagi. Hal ini didasarkan pada suatu pemikiran sebagian besar pemerolehan ilmu dilakukan oleh siswa melalui aktivitas membaca. Kemampuan membaca seseorang akan mempengaruhi keluasan pandangan mengenai berbagai masalah. Bahkan kemampuan dan kemauan membaca seseorang juga akan berpengaruh terhadap keberhasilan studi mereka.
Dalam kegiatan membaca pemahaman, pembaca dituntut untuk memahami ide pokok atau gagasan penulis yang terdapat dalam bacaan. Kemampuan memahami gagasan penulis dapat dbedakan menjadi tiga jenis yaitu: (1) kemampuan mengenai maksud dan menangkap gagasan pokok yang disampaikan pengarang; (2) kemampuan memahami gagasan yang mendukung gagasan pokok; dan (3) kemampuan menarik kesimpulan yang betul dan penalaran yang tepat mengenai gagasan yang disampaikan penulis (Modul Akta V, 1985:19). Membaca pemahaman menitikberatkan pada kemampuan memahami isi bacaan secara tepat dan cepat.
Membaca merupakan interaksi aktif antara pembaca dan teks, oleh karenanya diperlukan pengetahuan tentang bahasa dan topik bacaan yang cukup (Grabe dalam Keyko Hayashi, 1997: 200). Senada dengan pendapat di atas, Smith dalam guntur Tarigan (1991: 42) menyatakan bahwa membaca adalah suatu proses pengenalan, penafsiran, dan penilaian terhadap gagasan-gagasan yang berkenaan dengan bobot mental ataupun kesadaran total diri pembaca. Dengan demikian membaca dapat diartikan sebagai suatu proses yang bersifat kompleks yang bergantung pada perkembangan bahasa seseorang, latar belakang pengalaman, kemampuan kognitif, dan sikap pembaca terhadap bacaan. Kemampuan membaca dengan demikian dapat diartikan sebagai penerapan faktor-faktor tersebut di atas oleh pembaca dalam rangka mengenali, menginterpretasi, dan mengevaluasi gagasan atau ide yang terdapat dalam bacaan.
Berdasarkan pada sudut pandang psikolinguistik, Goodman dalam Dubin (1988: 26) berpendapat bahwa membaca merupakan diskusi jarak jauh antara pembaca dan pengarang yang didalamnya terdapat interaksi antara bahasa dan pikiran. Dengan kata lain, penulis menyandikan pikiranya ke dalam bahasa, sedangkan pembaca menguraikan sandi bahasa tersebut ke dalam pikiranya. Pendapat yang lain disampaikan oleh Nababan (1993: 164) yang menyatakan bahwa membaca adalah aktivitas yang rumit atau kompleks karena bergantung pada keterampilan berbahasa pelajar dan pada tingkat penalaranya. Ini berarti membaca merupakan suatu proses yang memerlukan partisipasi aktif pembaca.
Sebagai suatu proses, membaca terdiri dari atas tahap-tahap yang saling berkaitan. Tahapan-tahapan membaca pada hakikatnya terdiri atas lima tahapan yaitu: (1) mengidentifikasikan pernyataan isi teks dan kalimat topik, (2) mengidentifikasikan kata-kata dan frasa-frasa kunci, (3) mencari kosa kata baru, (4) mengenali organisasi tulisan, dan (5) mengidentifikasikan teknik pengembangan paragraf.
Berkaitan dengan tahapan membaca Goodman dalam Dubin (1988: 126) menyatakan bahwa kegiatan membaca adalah suatu permainan tebak-tebakan psikolinguistik (”a psycholinguistic guessing game”) yang terdiri atas tahap-tahap tertentu. Artinya dalam proses penguraian sandi atau pemberian makna suatu teks tertulis pembaca harus melalui tahap-tahap tertentu secara berurutan. Tahap pertama yang harus dilakukan pembaca dalam proses pemberian makna suatu bacaan adalah mengenai keserbaragaman penanda linguistik serta menggunakan mekanisme pemrosesan data linguistik yang dimilikinya untuk menentukan susunan atau urutan penanda-nada linguistik tersebut. Tahap berikutnya, pembaca memilih di antara semua informasi yang ada, data-data yang sekiranya cocok, koheren, dan bermakna. Dari gambaran di atas, Brown (1994: 284) menyatakan bahwa membaca dapat dikatakan sebagai permainan tebak-tebakan karena dalam memahami suatu tulisan melalui proses pemecahan masalah, pembaca dapat membuat inferensi atau kesimpulan atas makna-makna tertentu, menentukan apa yang harus diterima atau ditolak dan seterusnya yang semuanya mengandung resiko.
Bertolak dari pendapat tersebut, untuk menghasilkan suatu tebakan yang tepat pembaca perlu memanfaatkan informasi, pengetahuan, perasaan, pengalaman, dan budaya yang dimilikinya sehingga dapat memaknai pesan-pesan yang terdapat dalam suatu bacaan dengan tepat. Begitu juga seorang pembaca, perlu juga memiliki strategi yang tepat untuk dapat menemukan pesan yang terkandung dalam bacaan.
Strategi yang dimaksud dapat berbentuk membuat out line dan ringkasan dengan kata-kata sendiri, mencari kata kunci, mengidentifikasikan ide pokok, membuat catatan-catatan khusus, menggarisbawahi hal-hal yang dianggap penting atau pun membuat pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan bacaan.
Berdasarkan uraian di atas, membaca merupakan aktivitas komunikatif yang memiliki hubungan timbal balik antara pembaca dan isi teks, sehingga faktor pendidikan, intelegensi, sikap, dan kemampuan berbahasa akan sangat menentukan proses penyerapan bahan bacaan. 
Selanjutnya dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu proses psikolinguistik di mana pembaca menggunakan segala kemampuannya untuk menyimpulkan makna sesuai dengan maksud penulis. Dengan demikian membaca merupakan kegiatan yang bersifat aktif reseptif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar